RSS
Facebook
Twitter

Minggu, 02 Maret 2014

Istana Tampaksiring



Istana Tampaksiring adalah istana yang dibangun setelah Indonesia merdeka, yang terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Nama Tampaksiring berasal dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu "tampak" dan "siring", yang masing-masing bermakna telapak dan miring. Konon, menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, namun sayangnya ia bersifat angkara murka. Ia menganggap dirinya dewa serta menyuruh rakyatnya menyembahnya. Akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan bala tentaranya. Mayadenawa pun lari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap para pengejarnya tidak mengenali jejak telapak kakinya.
Namun demikian, ia dapat juga tertangkap oleh para pengejarnya. Sebelumnya, ia dengan sisa kesaktiannya berhasil menciptakan mata air yang beracun yang menyebabkan banyak kematian para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air tersebut. Batara Indra kemudian menciptakan mata air yang lain sebagai penawar air beracun itu yang kemudian bernama "Tirta Empul" ("air suci"). Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan sambil memiringkan telapak kakinya itu terkenal dengan nama Tampaksiring.
Istana ini berdiri atas prakarsa Presiden Soekarno yang menginginkan adanya tempat peristirahatan yang hawanya sejuk jauh dari keramaian kota, cocok bagi Presiden Republik Indonesia beserta keluarga maupun bagi tamu-tamu negara.
Arsiteknya adalah R.M. Soedarsono dan istana ini dibangun secara bertahap. Komplek Istana Tampaksiring terdiri atas empat gedung utama yaitu Wisma Merdeka seluas 1.200 m dan Wisma Yudhistira seluas 2.000 m dan Ruang Serbaguna. Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira adalah bangunan yang pertama kali dibangun yaitu pada tahun 1957. Pada 1963 semua pembangunan selesai yaitu dengan berdirinya Wisma Negara dan Wisma Bima.

Danau Bedugul

Danau Bedugul berlokasi pada ketinggian daratan sekitar 1.239 meter di atas permukaan air laut dan terdapat sebuah pura di pinggir danau Bedugul yang bernama Pura Ulun Danau Beratan. Keunikan inilah yang membuat wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang berkunjung sangat terkesan. Mereka tidak hanya bisa melakukan wisata sejarah, namun juga dapat menikmati keindahan alam di kawasan tersebut. Danau Bedugul para wisatawan akan disambut oleh warna-warni bunga, pepohonan cemara yang rindang, dan hijaunya rerumputan.

Danau Bedugul Obyek Wisata Di Bali

Selain itu, banyak fotografer pre wedding di Bali yang memilih lokasi Danau Beratan sebagai salah satu lokasi pre wedding di Bali. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai contoh foto pre wedding di danau  Danau Bedugul
Pura Ulun Danau Beratan, bangunan puranya sangat mencirikan khas Bali, yaitu bangunan yang memiliki atap bertingkat, menara dengan atap 11 tingkat, 7 tingkat, dan 3 tingkat. Menara tersebut menyimbulkan kepercayaan umat Hindu di Bali terhadap tiga dewa, yakni Dewa Wisnu ( 11 tingkat), Dewa Brahma ( 7 tingkat) dan Dewa Siwa ( 3 tingkat).
Danau Bedugul yang juga disebut danau Beratan mempunyai kedalaman hingga 23 meter. Biasanya wisatawan menyewa perahu tradisional atau perahu bermotor untuk mengelilingi danau agar dapat menikmati pemandangan danau dari jarak dekat. Bagi yang suka tantangan, anda dapat mencoba water sport di Bali. Seperti paraseling, banana boat, dan jet ski tentunya bukan di Danau Bedugul tapi di Tanjung Benoa. Namun bagi yang tidak suka olah raga air, aktivitas memancing menjadi pilihan yang sangat tepat sambil menikmati indahnya pemandangan dan segarnya udara di pinggir danau.
Obyek wisata di Bali ini juga melalui Kebun Raya Bedugul yang terkenal dengan berbagai macam tanaman buah yang menggoda selera. Lokasinya sekitar 300 meter dari danau Beratan Bedugul.
Akses munuju Pura Ulun Beratan sangat mudah, karena berada di pinggir jalan raya yang menghubungkan wilayah Kabupaten Tabanan dengan Kabupaten Singaraja. Tepatnya di wilayah Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Jarak yang ditempuh dari kota kota Denpasar sekitar 55 km, atau sekitar 1 jam perjalanan.
Tempat wisata ini sudah dilengkapi dengan fasilitas parkir yang memadai, toilet, dan taman bermain untuk anak-anak. Warung- warung kecil maupun restoran dengan berbagai menu yang menarik juga dekat dikawasan ini. Bagi wisatawan yang ingin berlama-lama, dapat memilih penginapan yang sesuai dengan isi kantong. Sangat cocok jika berlibur ke Bali bersama teman maupun keluarga.

Tanah Lot

 

Legenda

Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura di sana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha.

 

Lokasi

 Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah Pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan Pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset di sini.

 

LEGENDA CANDI PRAMBANAN

Dahulu kala ada seorang raja bernama Prabu Boko yang memerintah di Prambanan. Prabu Boko adalah seorang raksasa yang sakti. Ia mempunyai seorang puteri yang bernama Roro Jonggrang. Roro Jonggrang sangat cantik.


Berbatasan dengan kerajaan Boko ada sebuah kerajaan bernama Pengging. Pada suatu hari raja Pengging ingin memperluas wilayah kerajaannya, maka ia mengutus puteranya, Bandung Bondowoso memimpin pasukan menyerang kerajaan Prambanan. Bandung Bondowoso berhasil mengalahkan pasukan Boko bahkan membunuh raja Boko.


Bandung Bondowoso pun tinggal di istana Prambanan. Ia jatuh cinta kepada Roro Jonggrang dan meminta gadis itu menjadi permaisurinya. Roro Jonggrang tidak ingin menjadi isteri Bandung Bondowoso yang telah membunuh ayahandanya. Ia mencari akal agar dapat menolak pinangan pangeran Pengging itu dengan halus.


Akhirnya ia menemui Bandung Bondowoso dan berkata, “Aku mau menjadi isterimu, tetapi sebagai syaratnya engkau harus membuat dua buah sumur dan seribu candi dalam waktu semalam.”Meskipun syarat yang diajukan Roro Jonggrang mustahil dipenuhi orang lain, Bandung Bondowoso langsung menyanggupinya. Ia mengumpulkan makhluk-makhluk halus yang menjadi anak buahnya dan mulai menggali sumur dan membangun candi.


Bandung Bondowoso dan anak buahnya bekerja dengan sangat cepat. Dalam waktu singkat mereka sudah menyelesaikan sebuah sumur dan ratusan candi.


Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan dengan cemas. Ia berpikir keras untuk menemukan cara menggagalkan usaha Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang pun memanggil dayang-dayang dan menyuruh mereka membakar jerami dan menabuh lesung.


Api dari jerami yang dibakar membuat suasana menjadi terang dan suara tabuhan lesung yang gaduh mengejutkan makhluk-makhluk halus yang sedang bekerja. Mereka mengira hari telah pagi. Mereka pun melarikan diri, meninggalkan Bandung Bondowoso serta sumur dan candi yang belum selesai.


Bandung Bondowoso berusaha memanggil mereka kembali, tetapi mereka tetap meninggalkannya.


Roro Jonggrang menemui Bandung Bondowoso dan bertanya, “Waktumu sudah habis, Bandung. Apakah candiku sudah selesai?”


Bandung Bondowoso sangat marah karena ia tahu Roro Jonggrang telah menggagalkan kerja kerasnya, namun ia berusaha menahan diri, “Tentu saja candi sudah selesai. Kalau tak percaya, silakan kau hitung sendiri.” Roro Jonggrang ditemani dayang-dayangnya menghitung candi satu persatu. Ternyata Bandung Bondowoso telah berhasil menyelesaikan sembilan ratus sembilan puluh sembilan candi.


“Kau gagal, Bandung. Masih kurang satu candi lagi,” kata Roro Jonggrang.


Bandung Bondowoso naik darah, “Kalau kau tidak berbuat curang, aku pasti bisa menyelesaikan seribu candi untukmu, Jonggrang,” katanya.


“Baiklah, aku penuhi keinginanmu. Jadilah kau, Roro Jonggrang, candi yang keseribu!” kutuk Bandung Bondowoso


Maka Roro Jonggrang pun menjelma menjadi patung batu yang sangat cantik dan ajaib, batu-batu tersusun satu demi satu dengan sendirinya membentuk candi,  mengelilingi patung itu.


Sampai sekarang patung batu Roro Jonggrang yang cantik dapat kita saksikan di dalam ruangan candi utama di Prambanan.

Sejarah Candi Mendut


Candi Mendut merupakan candi yang terletak paling timur dari garis lurus tiga serangkai candi (Borobudur, Pawon, Mendut). Candi ini didirikan oleh dinasti Syailendra dan berlatar berlakang agama Budha, dimana hal ini ditunjukkan dengan adanya bentuk stupa sebanyak 48 buah pada bagian atasnya.Tidak diketahui secara pasti kapan candi ini didirikan. Namun seorang arkeologi Belanda menyebutkan bahwa didalam prasasti yang ditemukan didesa karangtengah bertarikh 824M dikemukakan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama venunavayang artinya adalah hutan bambu. Jika hal ini benar maka bisa dipastikan Candi Mendut didirikan pada abad ke 8 Masehi.
CANDI MENDUT
Candi mendut


Pada bagian dalam candi ini terdapat ruangan yang berisikan altar tempat tiga arca Budha berdiri. Ketiga arca tersebut mulai dari yang paling kiri adalah Bodhisattva Vajravani, Buddha Sakyamuni dan Bodhisattva Avalokitesvara. Ketiga arca Budha tersebut masih dalam kondisi bagus, beberapa bunga-bunga dan dupa nampak tergeletak dibagian bawahnya. Sebuah pagar besi dibangun dibagian depan arca tersebut untuk menghindari interaksi pengunjung yang berlebihan/tidak berkepentingan atas ketiga patung Budha ini.

Relief-relief yang terdapat pada dinding candi ini masih jelas terlihat bentuk/ukirannya. Relief tersebut mengandung cerita berupa ajaran moral dengan menggunakan tokoh-tokoh binatang (fabel) sebagai pemerannya. Terdapat cerita "Brahmana dan Kepiting", "Angsa dan Kura-kura", "Dua Burung Betet yang Berbeda" dan "Dharmabuddhi dan Dustabuddhi", yang secara ringkas isi ceritanya adalah sebagai berikut:








[navigasi.net] Budaya - Candi Mendut
Relief bagian belakang candi merupakan relief terbesar pada candi ini menggambarkan Budha Avalokitesvara


"Brahmana dan Kepeting": Menceritakan kisah seorang brahmana yang menyelamatkan seekor kepiting untuk kemudian kepiting ini membalas budi dengan cara menyelamatkan brahmana dari gangguan gagak dan ular.
"Angsa dan Kura-kura": Bercerita tentang seekor kura-kura yang diterbangkan dua ekor angsa kedanau yang baru. Karena emosi dalam menangapi perkataan atas apa yang mereka lakukan, kura-kura melepaskan gigitannya sehingga jatuh ketanah dan akhirnya mati.

"Dua Burung Betet yang Berbeda": Mengisahkan kelakukan dua burung betet yang sangat berbeda karena satunya dibesarkan oleh brahmana dan satunya lagi oleh seorang penyamun.

"Dharmabuddhi dan Dustabuddhi": Dua orang sahabat yang berbeda kelakuannya dimana Dustabuddhi yang memiliki sifat tercela menuduh Dharmabuddhi melakukan perbuatan tercela, namun akhirnya kejahatannya terbongkar dan Dustabudhi-pun dijatuhi hukuman.

Secara kronologis, Candi Mendut ditemukan pada tahun 1836. Kemudian di renovasi pada tahun 1897 dan 1904 pada bagian tubuh candi namun hasilnya kurang memuaskan. Pada tahun 1908 dipugar kembali oleh arkeolog belanda hingga bagian puncaknya dapat disusun kembali. Tahun 1925 sejumlah stupa yang telah dirapihkan, dipasang dan disusun kembali. Luas bangunan secara keseluruhan adalah 13,7x13,7 meterdengan tinggi 26,4 meter.

Sejarah Candi Mendut

Candi Mendut merupakan candi Budha yang dididrikan oleh Raja Indra seorang raja pertama dari trah Dinasti Syailendra pda 824 M, ini artinya Candi Mendut dibangun lebih awal dari Candi Borobudur yang didirikan oleh Raja Samaratungga, Wangsa Syailendra pada 850 M.
Candi mendut terletak di desa Mendut Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, sekitar 8 km sebelum Candi Borobudur. Tinggi Candi Mendut 26,4 meter, menghadap barat daya, memilki 48 stupa kecil-kecil dan terdapat hiasan relief pada tubuh candi berupa pohon kalpataru.
Reflief-relief yang  terdapat pad dinding candi ini masih jelas terlihat. Relief ini mengandung cerita berupa ajaran moral dngan menggunakan tokoh-tokoh binatang sebagai pemerannya. ntara lain terdapat cerita Brahmana dan Kepiting, Angsa dan kura-kura, Dua Burung Betet dan Dharmabuddhi dan Dustabuddhi.

Candi Mendut merupakan lokasi awal proses ritual Waisak, dengan diikuti pengambilan air suci dari Umbul Jumprit, Parakan, Temanggung, serta api suci dari merapen, Grobogan. Puncak upacara Waisak adalah upacara Pradaksina yakni upacara mengelilingi Candi Borobudur tingkat demi tingkat yang dilaksakan di Candi Borobudur tepat pada Purnama Sidhi atau bulan purnama pertama di bulan Mei. Perayaan atau ritual Waisak dapat disaksikan oleh masyarakat luas.

Pada tahun 1834 Candi Mendut mulai mendapat perhatian meskipun mengalami nasib yang sama dengan candi-candi lainnya, yaitu dalam kondisi runtuh dan hancur. Hartman, seorang presiden Kedu saat itu mulai memperhatikan Candi Mendut. Dalam tahun 1897 dilakukan persiapan-persiapan untuk pemugaran. Dari tahun 1901-1907 J.L.A. Brandes melangkah lebih maju dan berusaha merestorasi Candi Mendut dan kemudian tahun 1908 dilanjutkan oleh Van Erp meskipun tidak berhasil merekonstruksi secara lengkap.

J.G. de Casparis berpendapat bahwa Candi Mendutdibangun untuk memuliakan leluhur-leluhur Sailendra. Di bilik utama candi ini terdapat 3 buah arca yang menurut para ahli arca-arca tersebut diidentifikasi sebagai Cakyamuni yang diapit oleh Bodhisatwa, Lokeswara dan Bajrapani. Dalam kitab Sang Hyang Kamahayanikan disebutkan bahwa realitas yang tertinggi (advaya) memanifestasikan dirinya dalam 3 dewa (Jina) yaitu : Cakyamuni, Lokesvara, dan Bajrapani.

Sebagai candi yang bersifat Budhistist, relief-relief di Candi mendut juga berisi cerita-cerita ajaran moral yang biasanya berupa cerita-cerita binatang yang bersumber dari Pancatantra dari India. Cerita tersebut antara lain adalah seekor kura-kura yang diterbangkan oleh dua ekor angsa dan di bawahnya dilukiskan beberpa anal gembala yang seolah-olah mengejek kura-kura tersebut. Oleh karena kura-kura tersebut emosional dalam menanggapi ejekan, maka terlepaslah gigitannya dari tangkai kayu yang dipegang sehingga terjatuh dan mati. Inti ceritanya adalah ajaran tentang sifat kesombongan yang akan mencelakakan diri sendiri.

Nyi Roro Kidul, Mitos atau Fakta?


Nyi Roro Kidul memang nggak diragukan lagi ketenarannya. Salah satu legenda Indonesia ini bisa bikin kita merinding saat berkunjung ke Pantai Selatan atau melihat lukisan yang menggambarkan Sang Ratu sedang menunggang kereta kuda di gulungan ombak. Sangat mistis!

Ternyata, legenda ini nggak sekadar mitos, lho. Malah seorang peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), DR. Eko Yulianto menghubungkan kejadian tsunami dengan legenda Nyi Roro Kidul. Hal ini bahkan sudah pernah dibahas saat kongres paranormal di Paris pada tahun 1980-an, lho. Kawasan Pantai Selatan yang ‘dikuasai’ oleh Nyi Roro Kidul berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia uang merupakan zona subduksi (tabrakan) lempeng bumi.

Hmm, percaya nggak percaya…tapi nggak ada salahnya kan kita menghormati legenda dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat? Seperti beberapa hal di bawah ini:
  • Kamar nomor 33 di Hotel Queen of the South, Parangtritis ditutup untuk umum karena “dipersembahkan” bagi Sang Ratu.
  • Para raja Yogyakarta dan Solo,selalu melakukan adat labuhan setahun sekali di bulan Sura. Para raja mengirim sesaji ke Laut Selaran sebagai persembahan bagi Nyi Roro Kidul.
  • Tarian Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang di Keraton Yogyakarta, dan Bedaya Ketawang di Keraton Surakarta digelar untuk menghormati Nyi Roro Kidul setahun sekali. Sembilan orang penari mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa. Konon katanya penari kesepuluh adalah Nyi Koro Kidul yang datang untuk menikahi sang Raja.
Ada dua kamar di hotel Grand Bali Beach, Bali yang konon dihuni oleh Nyi Roro Kidul, yaitu cottage nomor 2401 dan kamar nomor 327. Kamar ini sampai sekarang tetap terpelihara rapi dan diberi hiasan khusus dengan warna hijau kesukaan Sang Ratu
 
لَقَدۡ كَانَ فِى قَصَصِہِمۡ عِبۡرَةٌ۬ لِّأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِ‌ۗ مَا كَانَ حَدِيثً۬ا يُفۡتَرَىٰ وَلَـٰڪِن تَصۡدِيقَ ٱلَّذِى بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَتَفۡصِيلَ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬
يُؤۡمِنُونَ . سُوۡرَةُ یُوسُف ١١١
Firman Allah Yang bermaksud:
“Demi sesungguhnya, kisah Nabi-nabi itu mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang mempunyai akal fikiran. (Kisah Nabi-nabi yang terkandung dalam Al-Quran) ia bukanlah cerita-cerita yang diada-adakan, tetapi ia mengesahkan apa yang tersebut di dalam Kitab-kitab agama yang terdahulu daripadanya dan ia sebagai keterangan yang menjelaskan tiap-tiap sesuatu, serta menjadi hidayah petunjuk dan rahmat bagi kaum yang (mau) beriman”.
Dua puluh lima tahun pula sejak ditemukan lokasi karamnya kapal pesiar mewah asal Southhampton ini, belum ada satu penelitian pun yang menelaah secara ilmiah. Tim History Channel, didukung para ilmuwan, arkeolog, dan ahli pencitraan sonar menengok ulang lokasi tenggelamnya Titanic di hamparan Samudera Atlantik. Tak disangka, mereka menemukan puing-puing yang belum pernah terdeteksi sebelumnya. Tentu saja penemuan baru tersebut dapat membantu menguak misteri tenggelamnya kapal yang dijuluki ‘unsinkable’ (tak bisa tenggelam) ini.
Yang menakjubkan lagi, lewat bantuan teknologi sonar yang canggih, seluruh serpihan tersebut direkonstruksi dan dicitrakan ulang hingga membentuk Titanic hologram, sesuai ukuran aslinya, di dalam sebuah hanggar besar.
Penemuan tersebut didokumentasikan History Channel secara apik dalam ‘Titanic: Mystery Solved’.
“Cerita tenggelamnya kapal Titanic telah memukau jutaan orang di seluruh dunia dan diabadikan dalam film tersukses sepanjang sejarah. Masalahnya adalah film tersebut hanya menceritakan kejadian dari sisi kemanusiaan saja. Apa yang mau kami lakukan adalah menengok ulang tragedi ini dari sudut pandang ilmiah dan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada malam 14-15 April 1912,Image


Kejadian tenggelamnya kapal Titanic adalah sebuah catatan sejarah manusia yang akan terus melegenda. Hingga manusia juga melegendakannya dalam film Titanic. Kapal ini telah diklaim sebagai kapal yang tidak akan tenggelam. Akan tetapi ternyata sang pengatur alam semesta berkehendak lain hingga akhirnya menenggelamkan kapal ini beserta kesombongan manusia.
Apakah kejadian ini ada di dalam Al-Quran? mungkin ya, mungkin juga tidak.
Ada beberapa ayat yang sepertinya berhubungan dan menggambarkan kisah kapal Titanic ini.
Pada halaman itu dikisahkan juga detik-detik kejadian pada saat kapal Titanic itu menabrak gunung es terapung yang akhirnya mengakibatkan kapal Titanic tenggelam.
Berikut saya kutip pada saat artikel ini ditulis dari wiki berbahasa Indonesia:
Pada pukul 23:40 waktu setempat ketika berlayar di selatan Grand Banks di Newfoundland, pengawas Fredrick Fleet dan Reginald Lee melihat bongkahan gunung es yang besar tepat di depan kapal. Fleet membunyikan loceng kapal sebanyak tiga kali dan menelepon dek pengawal memberitahu, “Gunung es, tepat di depan!” Opsir Pertama Murdoch langsung mengarahkan kemudi ke sisi kiri dan mengurangi kecepatan, kemudian mundurkan mesin kapal.
Perhatikan cetak tebal yaitu menit yang menunjukkan waktu kapal tepat pada saat pengawas melihat bongkahan gunung es terapung.
Maka pada menit-menit berikutnya:
Tabrakan ternyata tidak dapat terelakkan, dan gunung es terapung tersebut bergesekan dengan bagian lambung kanan kapal, dan merobek badan kapal di empat bagian pertama dan mematahkan paku baja di bagian bawah kapal yang tertutup permukaan air sepanjang sekitar 91 m (300 kaki). Pintu kedap air baru berhasil menutup rapat saat air sudah keburu memasuki lima bagian kedap air pertama, lebih satu bagian dari apa yang dapat ditahan Titanic agar tidak tenggelam. Berat lima bagian kedap air yang dimasuki air menarik kapal ke bawah melebihi ketinggian dinding kedap air, kemudian air memasuki bagian lain. Kapten Smith, merasakan guncangan hantaman itu, sesampainya ke dek pengawal dan memerintahkan berhenti sepenuhnya. Setelah pemeriksaan oleh pegawai kapten dan Thomas Andrews, sadar bahwa Titanic akan tenggelam, dan setelah tengah malam pada 15 April, perahu penyelamat untuk disiapkan dan panggilan darurat diberitahukan.
Pada menit-menit berikutnya itulah yaitu saat tertabraknya Kapal RMS Titanic dengan gunung es terapung hingga mengakibatkan kapal Titanic tenggelam dan kematian lebih dari 1500 orang. Hal inilah yang sepertinya digambarkan dalam Al-Quran:
QS. Yaasiin (36) : 41-44
41. Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan,
42. dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu.
43. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.
44. Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika.
Kapal ini digambarkan penuh muatan mungkin seperti kapalnya Nabi Nuh A.S.
Untuk Kapal Titanic, Allah SWT ternyata berkehendak, “Kami tenggelamkan mereka”, maka tenggelamlah kapal Titanic beserta sebagian besar penumpangnya. Tetapi Allah juga berkehendak, “Kami selamatkan mereka”, sehingga ada juga penumpang yang selamat yaitu sebagian besar wanita dan anak-anak:
Hampir dua jam setelah Titanic tenggelam, RMS Carpathia tiba di tempat kejadian dan mengambil perahu penyelamat pertama. Dalam beberapa jam kemudian, mereka yang masih hidup diselamatkan. Di geladak Carpathia, doa khusyuk yang singkat untuk yang mereka yang terselamatkan dan untuk memperingati mereka yang tewas diadakan, dan pada pukul 08:50 AM, Carpathia menuju ke New York, dan sampai pada tanggal 18 April.
Artinya: “Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya; dan awan yang mengandung hujan; dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah; dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan”. (QS: 051: 3)
 
 
Tepatnya pada tanggal 14 april, tanggal ini merupakan tanggal berkabungnya sebagian anak manusia khusunya manusia yang ada di negeri eropa sana. Sebab pada bulan dan tanggal inilah kapal pesiar yang masyhur dengan sebutan “TITANIC”. Nah sehubungan dengan peristiwa ini, adak hikmah yang besar dibalik semua ini bahkan jauh sebelumnya Al-qur’an telah menjelaskan hal-hal yang berkaitan peristiwa semacam ini, namun sangat sedikit manuisa yang menyadari akan hal ini.
 
KISAH KAPAL-KAPAL YANG MENJADI IKHTIBAR
Sebelum melangka lebih lanjut , hayatilah ayat di atas, umat muslim telah yakin bahwa semua telah diatur oleh sang  pencipta  (Allah) sampai hal sekecil dzarrahpun telah diatur oleh Allah SWT.” kapal-kapal yang berlayar dengan mudah” Itulah sepenggal ayat yang terdapat In the Holy quran. Ayat ini sebagai bukti bahwa kapal-kapal yang berlayar semuanya sudah diatur oleh Allah. Yah kapal lah yang menenggalamnya kurang lebih 1517 jiwa penumpang kapal yang diberi nama Titanic dan kapal pulah lah yang menyelamatkan umat Nabi Nuh, serta Allah menenggalamkan umat Nabi Nuh, saat mereka menuduh Nabi Nuh sebagai orang gila dikarenakan mebuat kapal di atas bukit tinggi. Dalam sastra Allah disebutkan Juga Tuhanmu adalah yang menjalankan kapal-kapal di lautan untukmu…” (QS: 17:  66), masih banyak lagi ayat yang menerangkan hal ini dan sekaligus bukti bahwa Allah yang mengatur segala sesuatu. Masih banyak ayat yang menjelaskan bahwa Allah lah yang memperjalankan kapal-kapal di laut. 
 
Kapal Nabi Nuh, Lalu Kami wahyukan kepadanya: “Buatlah bahtera (Kapal) di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. QS.Al-mukminun Ayat 27).
 
Begitulah Allah  menggambarkan sejarah kisah Nabu Nuh melalui al-Qur’an sebagai bukti bahwa kitab suci ini bukanlah buatan tangan manusia dan benar-benar wahyu dari Allah SWT sehingga kisah masa lampau dan akan datang telah tergambar dalam al-quran. Dengan kapal yang dibuat Nabi Nuh mampu mengangkut pengikut-pengikut Nuh dan sepasang dari tiap-tiap jenis binatang yang ada pada zaman itu termasuk jenis-jenis dinosaur raksasa, menunjukkan betapa besarnya bahtera itu.
 “Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal (QS: 26: 119-120)
 
Sebungan dengan kapal “TITANIC” pada tanggal: 14 April 1912, kapal pesiar kebanggaan industri perkapalan dunia itu bertolak dari pelabuhan international Southampton – Inggris dalam pelayaran eksklusif perdananya membawa kaum-kaum bangsawan dan tokoh-tokoh elit dunia serta bourjois lainnya, setidaknya demikian menurut pengakuan mereka. Dengan kapal raksasa ini yang penuh dengan berbagai fasilitas mewah bahkan kapal pesiar ini bagaikan hamparan bumi yang dilengkapi dengan bioskop, pesta pora, dan lain sebagainya. Maka wajarlah jika para awak kapal pesiar ini merasa sombong dikarenakan sudah dirancang sedemikian rupa sehingga ombak apapun yang datang tak akan pernah menenggalamkan ‘’TITANIC’. Sesuai dengan namanya titanic berarti raksasa. Bahkan sejarah mencatat bahwa salah satu dari awak kapal mengatakan tuhan pun tak akan mampu menenggelamkan kapal ini. Hati mereka telah dibutakan oleh ketakaburan bahwa segala hal yang ada di bumi ini tak ada kekuasaan satupun yang paling kuat kecuali kekuasaan Allah SWT. Maka Allah menenggalamkan kapal “TITANIC” beserta ribuan penumpangnya akibat kesombongan mereka, Titanic tenggelam karena menabrak gunung es hingga terbelah menjadi dua dan menewaskan kurang lebih 1517 jiwa.. Nah begitu pula dengan kisah Nabi Nuh saat mengajak Qon’an anak Nabi Nuh untuk ikut naik ke kapal, namun qon’an mengatakan saya akan naik ke bukit tinggi. Padahal Nabi Nuh telah menjelaskan bahwa bumi akan banjir dan semuanya akan rata dengan air, qon’an tak percaya hal itu maka sebagai buah ketakaburanya ahirnya nyawanya melayang seperti melayangnya  ribuan nyawa penumpang kapal titanic.
 
Hiingga 1 abad genap peristiwa titanic mengingatkanku untuk mengolah menjadi tulisan dikarenakan disampingku terlihat hamparan laut athlantik tempat kapal tersebut tenggelam. Apapun profesi kita dan agama kita jauhkanlah sifat takabur baik saat menjawab soal-soal UN dan lain sebagainya.

Allah memberikan kesenangan hidup kepada mereka yang diselamatkan sampai waktu kematian mereka yang ditentukan.
Untuk kita semua terutama untuk penulis diingatkan: Hanya dengan rahmat yang besar dari Allah lah kita bisa diselamatkan di darat, di udara maupun di lautan. Mintalah pertolongan dan perlindungan hanya kepada-Nya dalam setiap perjalanan hidup, jangan lalai dari pada-Nya, jangan sombong dan bertawakal lah hanya kepada Allah SWT.
Wallaahu a’lam bishshowab.

Sejarah Gunung Kidul

 
Asal mula Gunung Kidul terjadi pada masa berdirinya Kesultanan Yogyakarta. Kala itu yang menjadi raja adalah Sultan Hamengku Buwono I. Pada waktu pemerintahannya, daerah sepanjang pesisir Laut Selatan masuk ke dalam wilayah Kesultanan Yogyakarta. Namun, pada waktu itu namanya bukan Gunung Kidul, tetapi Sumengkar. Karena wilayahnya sangat luas, daerah Sumengkar dipimpin oleh seorang adipati. Oleh karena itu, disebut daerah Sumengkar. Lalu mengapa Kadipaten Sumengkar kemudian berganti nama menjadi Kadipaten Gunung Kidul? Ceritanya sebagai berikut:
Pada suatu hari, di Kadipaten Sumengkar sedang diadakan sebuah pertemuan yang sangat penting. Pertemuan itu dipimpin oleh Adipati Sumengkar sendiri, yaitu Adipati Wironegoro. Saat itu, Sang Adipati dihadapkan oleh orang-orang kepercayaannya, seperti Patih Panitipraja, Rangga Puspowilogo, Panji Semanu Harjodipuro, dan para punggawa Kadipaten Sumengkar lainnya. Namun, sampai sekian lama para punggawa itu menunggu, Adipati Wironegoro belum juga memulai pertemuan.
“Gusti Adipati, kami semua menunggu perintah. Masih adakah hal yang mengganggu sehingga pertemuan ini tidak segera dimulai?” tanya Patih Panitipraja memberanikan diri.
“Benar, Patih. Aku masih menunggu Demang Piyaman Wonopawiro. Tidak biasanya dia datang terlambat,” jawab Adipati Wironegoro.
“Ah, apakah perlunya kita menunggu dia. Tanpa dia pun Kadipaten Sumengkar tetap akan berjalan, Gusti,” sambung Rangga Puspowilogo tidak senang.
“Aku mengerti maksudmu, Puspowilogo. Tetapi pertemuan ini penting sekali. Aku ingin semua punggawa Kadipaten mendengar sendiri titah Kanjeng Sultan Yogykarta Hadininingrat,” ujar Adipati bijaksana.
Rangga Puspowilogo yang mendengar jawaban junjungannya itu tampak tidak senang. Namun, tidak berani membantah lagi.
“Baiklah, kita tunggu sebentar lagi saja Demang Piyaman. Kalau tidak datang, kita tinggalkan saja dia,” lanjut Adipati mengambil jalan tengah.
Akhirnya, setelah ditunggu beberapa saat Demang Piyaman tidak kunjung datang, pertemuan di Kadipaten Sumengkar itu pun dimulai.
Adipati Wironegoro segera menyampaikan titah Sultan Hamengku Buwono kepada segenap punggawa yang hadir. Isi pokok dari titah Sultan Yogyakarta itu adalah agar ibu kota Kadipaten Sumengkar dipindahkan ke hutan doyong. Alasan perpindahan ibu kota itu atas dasar petunjuk yang diterima Kanjeng Sultan ketika sedang meditasi di masjid. Jika sampai ibu kota Kadipaten Sumengkar tidak dipindahkan, maka akan menyebabkan bencana. Bukan hanya Kadipaten Sumengkar sendiri yang mengalami bencana, melainkan Kesultanan Yogyakarta keseluruhan.
Mengingat ancaman malapetaka yang bakal menimpa itulah, Kanjeng Sultan Yogyakarta memerintahkan Adipati Wironegoro untuk secepat mungkin melaksanakan peritahnya.
“Nah, perintah Kanjeng Sultan cukup jelas. Sekarang siapa di antara kalian yang akan berangkat melaksanakan tugas negara ini, membabat alas doyong?” tanya Adipati Wironegoro.
Segenap yang hadir hanya bisa terdiam mendengar perintah itu. Mereka semua perlu bertanya lagi, apa artinya membabat hutan nangka doyong. Jangankan membabat, baru mengusik saja resikonya adalah mati.
“Bagaimana dengan dirimu, Rangga Puspowilogo. Kamu adalah benteng dan panglima perang Kadipaten Sumengkar?” tanya Adipati Wironegoro sambil menatap tajam Rangga Puspowilogo.
Wajah Rangga Puspowilogo pucat, lalu katanya,” Ampun beribu ampun, Gusti Adipati. Bukan niat hamba untuk menolak titah Gusti Adipati, tapi hamba benar-benar tidak mau mati sia-sia di tangan para jin penunggu hutan nangka doyong.”
Mendengar jawaban punggawanya itu, Adipati Wironegoro tampak tidak senang dan menahan marah.
“Meski begitu, hamba ada usul, Gusti. Biarlah Demang Piyaman Wonopawiro yang menjalankan tugas itu. Semua ini adalah bentuk hukuman pada dia, Gusti …!”
“Tutup mulutmu Puspowilogo. Engkau sendiri tidak sanggup mengemban tugas. Jangan melemparkan tanggung jawabmu pada orang lain,” sahut Adipati bertambah murka.
Segenap yang hadir jadi terdiam. Mereka menyalahkan Rangga Puspowilogo yang berkata sembarangan. Sementara Adipati Wironegoro bertambah murka, di samping karena sikap Puspowilogo juga karena mengingat betapa besar dosa Kanjeng Sultan jika sampai gagal menjalankan tugas. Tidak mengherankan jika suasana pertemuan itu tampak menjadi hening. Semua tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
“Baik. Kalau tidak ada punggawa Kadipaten Sumengkar yang pemberani, aku sendiri yang akan menunaikan tugas!” kata Adipati Wironegoro geram.
“Jangan ….. Jangan, Gusti. Biarlah hamba yang akan menjalankan tugas negara ini! Kata seseorang yang baru masuk dan menyembah dengan hormat. Dia adalah Demang Piyaman Wonopawiro.
“Demang …! Benarkah engkau sanggup membabat hutan nangka doyong itu …,” seru sang Adipati dan seakan tidak percaya.
“Benar, Gusti Adipati. Biarlah hamba yang akan menjalankan tugas negara itu …”
“Kamu tidak takut mati?”
“Untuk negara, hamba rela mengorbankan jiwa dan raga, Gusti,” jawab Demang Wonopawiro.
Adipati Wironegoro sangat berkenan dengan jawaban Demang yang masih muda namun pemberani itu. Sang Adipati pun berjanji, jika Demang Piyaman itu berhasil menjalankan tugas negara, maka anugerah yang besar akan diberikan kepadanya.
“Ampun, Gusti Adipati. Bukan hadiah yang hamba harapkan, namun hamba memang ingin menjalankan tugas negara”, lanjut Demang yang rendah hati itu.
“Baik. Apapun alasanmu, aku sangat menghargainya. Nah, sekarang persiapkan segala sesuatunya dan berangkatlah. Doaku menyertaimu,” kata Adipati lagi.
Akhirnya, Demang Wonopawiro berangkat menjalankan tugas. Sebelum memasuki kawasan hutan nangka doyong yang angker, Demang Wonopawiro mengkhususkan diri untuk singgah di kediaman Ki Nitisari, saudaranya, yang tahu banyak tentang hutan nangka doyong.
“Dimas, bukan sebuah pekerjaan yang mudah untuk membabat hutan nangka doyong. Salah sedikit nyawa sebagai taruhannya,” kata Ki Nitisari mengingatkan saudaranya.
“Lalu apa yang harus saya lakukan, Kang Mas?”
“Nanti tepat tengah malam, aku akan menyertai dimas untuk bertemu dengan penguasa hutan nangka doyong,” jawab Ki Nitisari.
Tepat tengah malam, dua bersaudara itu nekat menerobos tengah malam dan angkernya hutan nangka doyong. Keduanya terus melangkah tak memedulikan banyaknya godaan dan serangan para jin di sepanjang jalan. Akhirnya, setelah sampai di tengah belantara keduanya segera bertapa di bawah pohon nangka tua yang sudah hampir roboh (doyong).
Empat puluh hari empat puluh malam keduanya bertapa, memohon petunjuk dan pertolongan kepada Yang Mahakuasa. Selama itu pula, keduanya tabah menghadapi serangkaian teror dari para jin penghuni rimba. Namun, akhirnya para jin penghuni rimba itu harus lari terbirit-birit tak kuasa menghadapi kesaktian kedua punggawa Kadipaten Sumengkar. Kemudian muncullah Nyai Gadung Melati sebagai utusan resmi Ratu Laut Kidul menemui keduanya.
Melalui utusannya itu, penguasa Laut Kidul dan yang berkuasa pula atas hutan nangka doyong merelakan hutan di bawah kekuasaannya itu dijadikan daerah kadipaten menggantikan Kadipaten Sumengkar. Namun, penguasa semua bangsa jin di Laut Kidul itu mengingatkan agar dalam membabat hutan tidak berlaku sembarangan dan kelak nama daerah yang baru itu hendaknya memakai nama “Kidul”.
Sejak itulah hutan nangka doyong yang telah menjadi daerah baru kemudian dinamakan Gunung Kidul oleh Sri Sultan Hamengku Buwono. Nama itu bertahan sampai sekarang. **

sejarah kisah Ronggolawe

sejarah kisah Ronggolawe - untung
Masyarakat Tuban tidak bisa dipisahkan dari legenda Ronggolawe dan Brandal Lokajaya. Legenda itu begitu kental dan menyejarah sehingga sedikit banyak mewarnai pembentukan sistem nilai pribadi dan sosial. Elite politik sering kali memanfaatkan untuk kepentingan dan pencapaian target politiknya.
Legenda Ronggolawe versi masyarakat Tuban berbeda dengan naskah sejarah seperti ditulis kitab Pararaton maupun Kidung Ranggolawe. Menurut Kidung Ranggolawe, tindakan ngraman (berontak) Ronggolawe dilancarkan setelah tuntutannya agar pengangkatan Empu Nambi sebagai Patih Amangkubumi Majapahit dianulir.
Rudapaksa politik yang menurut Pararaton terjadi pada tahun 1295 itu berakhir tragis. Raja Kertarajasa Jayawardhana menolak tuntutan Ronggolawe tersebut. Pasukan dikirim untuk menyerang Ranggolawe. Akhirnya Ronggolawe diperdayai untuk duel di Sungai Tambak Beras. Dia pun tewas secara mengenaskan oleh Mahisa Anabrang.
Bagi masyarakat Tuban, Ronggolawe bukanlah pemberontak, tetapi pahlawan keadilan. Sikapnya memprotes pengangkatan Nambi, karena figur Nambi kurang tepat memangku jabatan setinggi itu.
Nambi tidak begitu besar jasanya terhadap Majapahit. Masih banyak orang lain yang lebih tepat seperti Lembu Sora, Dyah Singlar, Arya Adikara, dan tentunya dirinya sendiri.
Ronggolawe layak menganggap dirinya pantas memangku jabatan itu. Anak Bupati Sumenep Arya Wiraraja ini besar jasanya terhadap Majapahit. Ayahnya yang melindungi Kertarajasa Jayawardhana ketika melarikan diri dari kejaran Jayakatwang setelah Kerajaan Singsari jatuh (Kertarajasa adalah menantu Kertanegara, Raja Singasari terakhir).
Ronggolawe ikut membuka Hutan Tarik yang kelak menjadi Kerajaan Majapahit. Dia juga ikut mengusir pasukan Tartar maupun menumpas pasukan Jayakatwang.
Bagi masyarakat Tuban, Ronggolawe adalah korban konspirasi politik tingkat tinggi. Penyusun skenario sekaligus sutradara konspirasi politik itu adalah Mahapati, seorang pembesar yang berambisi menjadi patih amangkubumi.
Melalui skenarionya, Lembu Sora, paman Ronggolawe yang membunuh Mahisa Anabrang akhirnya dibunuh oleh pasukan Nambi melalui tipu daya yang canggih.
Empu Nambi sendiri mati dengan tragis. Dia diserang pasukan Majapahit pada saat pemerintahan Raja Jayanegara karena bisikan Mahapati bahwa Nambi ngraman. Kidung Sorandaka mencatat, Mahapati menggapai ambisinya dan dilantik menjadi patih amangkubumi tahun 1316.

5 Misteri Pada Candi Borobudur

Sobat Candi Borobudur merupakan salah satu keajaiban dunia yang berada di Indonesia. Bangunan kuno yang dibangun pada abad ke-8 ini banyak menyimpan sejarah dan misteri didalamnya. 
Dari mulai awal berdiri hingga sampai saat ini, Candi Borobudur sudah menjadi tempat wisata bagi keluarga dan tempat pendidikan bersejarah. Melihat banyaknya misteri dan keanehan pada Candi Borobudur ini , berikut kami rangkum 5 Misteri Candi Borobudur, sebagai berikut :
1. Misteri Angka Satu
 Arsitektur dari Candi Borobudur ini memiliki keunikan secara matematik. Beberapa bilangan dari bangunan Candi Borobudur, bila dijumlahkan angka-angkanya akan selalu menghasilkan angka 1. Perhitungan munculnya angka 1 dalam setiap arsitektur Candi Borobudur adalah sebagai berikut :
  • Jumlah tingkatan borobudur adalah 10, angka-angka dalam 10 bila dijumlahkan hasilnya : 1 + 0 = 1.
  • Jumlah stupa di arupadhatu yang didalamnya ada patung-patungnya ada : 32 + 24 + 16 + 1 = 73, angka 73 bila dijumlahkan hasilnya: 10 dan seperti diatas 1 + 0 = 10.
  • Jumlah patung-patung di borobudur seluruhnya ada 505 buah. Bila angka-angka didalamnya dijumlahkan, hasilnya 5 + 0 + 5 = 10 dan juga seperti diatas 1 + 0 = 1.
2. Tertimbun Letusan Merapi
 
Kenaehan selanjutnya yaitu berasal dari hilangnya Candi Borobudur akibat letusan gunung merapi. Borobudur terkena letusan gunung merapi pada tahun 1006 dan akhirnya dinyatakan hilang dari peradaban. Namun, tiba-tiba Borobudur ditemukan kembali pada tahun 1814 didalam hutan belantara tropis.

  
3. Danau Purba
 
Fakta geologi yang dikemukaan oleh para peneliti menyatakan bahwa di sekitar Candi Borobudur terdapat sumur yang airnya asin hanya pada titik tertentu. Diperkirakan bahwa Candi Borobudur merupakan bangunan yang didirikan ditengah danau purba. Dengan adanya keanehan tersebut maka banyak para ilmuwan dari luar negeri berdatangan untuk meneliti danau misterius tersebut dengan meneliti berbagai hal yang ada disekitar seperti sungai Progo dan sungai Elo.

4. Misteri Pembangunan Candi Borobudur
 
Candi Borobudur merupakan candi yang sudah banyak dikenal khalayak ramai dari segala penjuru dunia. Mereka berbondong-bondong mencari tau seluk-beluk bangunan ini karena merupakan 7 keajaiban dunia yang luar biasa. Namun, meskipun banyak ilmuwan yang meneliti asal usul Candi Borobudur, tidak ada seorangpun atau sumber manapun yang mampu menguak cara pembangunan Candi Borobudur ini. Timbulnya berbagai dugaan mengenai pembangunan candi yang sampai saat ini tidak diketahui kebenarannya merupakan tanda tanya besar bagi masyarakat hingga sekarang.
5. Piramida Sempurna
 
Arsitektur yang dimiliki oleh Candi Borobudur hanya ada 1 di seluruh dunia, yaitu Candi Borobudur sendiri. Hal inilah yang menjadi kelebihan dari Candi Borobudur yang membuat bangunannya sangat sulit diprediksi pembuatannya. Piramida yang dimiliki Candi Borobudur ini tidak sama dengan piramida raksasa di Mesir ataupun Piramida Teotihuacan di Meksiko. Piramida Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan pernah ditemukan atau dimiliki di daerah atau negara manapun termasuk India . Hal inilah yang menjadi ciri khas utama arsitektur Budhis di Indonesia.
  • Blogger news

  • Blogroll

  • About